Elisa Elisa adalah seorang pembelajar yang kini giat menulis seputar ekonomi dan bisnis.

Tabir Geger Beras Plastik, Dari Mana Asal Mulanya?

3 min read

Dokter Ryu Hasan di akun Twitter (@ryuhasan) bercuit, “Beras plastik? Ini tidak masuk akal!”

Selanjutnya dia kembali melontarkan tanya, “Masak sih plastik bisa lumer kalau direbus air?”

Pertanyaan itu sangat wajar karena titik didih plastik tidak sama dengan titik didih air.

Selanjutnya, Auli Khoironi, membalas lontaran Dokter Ryu Hasan dengan cuitan, “Kalau aku menganggap ini adalah penyelundupan biji plastik tetapi dengan menggunakan dokumen beras untuk menghindari pajak.”

Di akun yang lain seseorang bernama Sijo Sudarsono menimpali, “Memalsu barang itu logikanya dengan bahan yang lebih murah. Kalau ada beras dipalsu dengan plastik, dari mana bandar mengambil untung?”

Selanjutnya, Wisnu Ramadi berujar, “Harga 30 gram plastik high density polyethylene (HDPE) Rp 700, kalau satu kilogram tentu harganya mencapai Rp 20 ribu. Jadi, tidak mungkin ekonomis jika ada beras palsu.”

Sahut menyahut di media sosial meningkahi isu beras plastik yang menjadi “gorengan” berita dalam beberapa hari terakhir.

Bahkan, sebuah stasiun televisi berita yang gemar mengutip dari unggahan orang di situs video berbagi, mengklaim bahwa tayangan itu adalah pabrik pembuatan beras plastik. Tentu saja yang diklaim oleh televisi berita itu tidak memenuhi kaidah jurnalistik karena sama sekali tidak ada data yang bisa diverifikasi dalam tayangan tersebut.

Penelusuran mesin pencari

Sebelum lebih jauh mengekor pemberitaan tentang beras plastik, ada baiknya ditelusuri dulu muasalnya. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah penelusuran dengan memanfaatkan mesin pencari di internet. Tinggal fokuskan pencarian pada hal-hal yang berkait dengan pemberitaan seputar isu beras plastik.

Ketika kata kunci populer “rice from plastic” ditaruh di kotak pencarian mesin pencari Google, deretan pertama yang keluar adalah berita-berita berbahasa Inggris yang berasal dari media-media di Indonesia.

Penelusuran berlanjut ke tanggal-tanggal sebelum berita beras plastik ramai di Indonesia. Hasilnya, tidak banyak yang muncul kecuali dari sebuah situs di India bernama Mathrubumi.com yang menulis telah ditemukan beras plastik di pasar negara bagian Kerala, India. Berita itu bertanggal 9 Maret 2015.

Berita di Mathrubumi bahkan mengunggah tayangan televisi Mathrubumi yang menayangkan gambar orang menanak nasi, menemukan ada lembaran yang mengambang di permukaannya dan mengeringkan lembaran itu di bawah matahari. Orang itu kemudian membakar lembaran tersebut dengan korek api untuk menunjukkan bahwa itu memang plastik.

Namun, selain Mathrubumi, tidak ditemukan berita yang lebih lama lagi tentang beras plastik. Hingga kemudian penelusuran sampai pada sumber-sumber yang paling lama tanggal penayangannya.

Sumber pertama berasal dari pemberitaan situs The Korea Times. Alamat artikelnya adalah http://www.koreatimes.co.kr/www/news/biz/2011/01/182_80040.html. Kedua kedua adalah sebuah link berita dengan alamat http://veryvietnam.com/2011-01-22/china-makes-fake-rice-from-plastic-vietnam-reacts/.

Dari link berita yang pertama, berita dari The Korea Times, menyebutkan sumber mereka berasal dari berita mingguan berbahasa Korea yang terbit di Hongkong. Uniknya, mingguan itu melaporkan telah mengutip dari media yang berasal berbagai media di Singapura.

Penelusuran kemudian menambah kata “singapore” di depan “rice from plastic”, hasilnya adalah situs Straitstimes.com yang bertanggal 19 Mei 2015. Isinya menyebutkan bahwa sumber berita mereka berasal dari berbagai pembicaraan di berbagai Media Sosial, seperti Facebook dan Twitter serta aplikasi berbincang Whatsapp di telepon pintar. Yakni, sumber berita terdahulu telah menyebutkan ditemukannya beras plastik di daerah Taiyuan, Provinsi Shaanxi di China.

Ternyata penelusuran ke tanggal yang lebih ke belakang sampai ke tahun 2012, tidak ditemukan berita yang bisa dijadikan rujukan verifikasi pemberitaan tentang beras plastik. Sampai kemudian mesin pencari menemukan pemberitaan yang paling lama, yakni pemberitaan pada tahun 2011.

Sebelumnya, penelusuran telah mencoba berkali-kali menggunakan kurun waktu yang berbeda-beda dalam 10 tahun terakhir. Temuan penelusuran mesin pencari adalah sumber paling awal tentang beras plasti ada pada sebuah link berita yang merujuk pada sebuah situs yang bernama veryvietnam.com.

Sayangnya, begitu alamat ini di-klik, ternyata domain veryvietnam sudah kedaluwarsa dan telah diambil alih oleh mesin otomatis (domain reseller), yang mengambil domain-domain internet yang sudah tidak diperpanjang.

Untuk lebih menguatkan penelusuran, nama veryvietnam.com ditelusuri melalui mesin pencari domain yang lebih lengkap, yakni www.betterwhois.com.

Hasilnya, domain veryvietnam.com dibuat pada tanggal 13 Agustus 2011 dan telah diperbarui pada tanggal 11 Desember 2014. Tanggal-tanggal ini menjelaskan bahwa perubahan pemilikan domain telah terjadi pada tanggal-tanggal itu.

Tendensius

Selain dua sumber yang paling lama di atas, tidak ada sumber lain yang memberitakan tentang beras yang terbuat dari plastik. Adanya pemberitaan dari naturalnews.com maupun rawstory.com hanya merujuk pada dua sumber paling lama yang telah ditemukan di atas.

Yang cukup memprihatinkan, ternyata dua sumber yang paling lama tentang berita beras plastik justru dikumpulkan dan dirujuk oleh politisi Amerika Serikat bernama Peter Navarro yang membuat satu buku dengan judul yang cukup tendensius, yakni Death by China: Confronting the Dragon – A Global Call to Action.

Intinya, dalam buku Peter Navarro yang sebagian kutipannya bisa ditemukan di Google Books, mengajak publik Amerika Serikat yang membaca bukunya untuk waspada terhadap bahaya aksi China di pasar Amerika Serikat. Sebuah buku yang campur aduk, asal comot, bombastis, tendensius bahkan menjurus ke rasis. Dari judulnya saja sudah bisa dirasakan tendensi tulisan Peter Navarro.

Sayang sekali, tendensi semacam itu berbanding terbalik dengan catatan akademik Navarro yang riwayatnya telah meraih gelar doktor ekonomi di Harvard University dan menjadi dosen di Paul Merage School of Business, University of California.

Mungkin catatan politik Navarro bisa menjelaskan tendensinya, karena ternyata Navarro pernah mencalonkan diri menjadi Walikota San Diego California tiga kali dan selalu gagal.

Begitu juga saat tahun 1996, Navarro menjagokan diri sebagai kandidat anggota kongres dari Partai Demokrat, dia gagal juga. Catatan terakhir pada tahun 2001, Navarro mencalonkan diri sebagai anggota dewan atau Konsul Kota San Diego, ternyata juga gagal pada putaran final.

Kebalikan dari buku Navarro yang bombastis tentang bahaya produk China yang di antaranya adalah beras plastik, otoritas kesehatan dan perlindungan makanan di Vietnam, justru mengatakan bahwa isu beras plastik yang berasal dari situs veryvietnam.com tidak bisa dikonfirmasi.

Kasus di Indonesia

Laboratorium Sucofindo telah mengeluarkan keterangan resmi, bahwa sampel beras yang ditemukan di Bekasi merupakan beras palsu yang terbuat dari campuran bahan plastik. Bahan bahkan sudah masuk kategori yang dilarang dipergunakan bagi industri di Indonesia.

Temuan ini memang memprihatinkan karena jelas telah meresahkan masyarakat. Tetapi dari sisi jurnalisme yang berdasarkan pada data ilmiah dan bisa diverifikasi, berita tentang beras palsu ketika ditelusuri sumber pemberitaannya ternyata menunjukkan beberapa kelemahan sebagai berikut:

Sumber pertama, dengan tanggal paling lama sudah tidak bisa diakses.
Sumber kedua menyatakan hanya mengambil dari berbagai sumber berita di Singapura, termasuk menyatakan bahwa penelusuran berasal dari media sosial. Penyebutan sumber dari media sosial jelas tidak bisa dimasukkan sebagai berita yang memenuhi kaidah jurnalistik.
Tanpa melalui verifikasi, ternyata isu beras plastik berkembang menjadi komoditas politik yang bombastis dan tendensius di Amerika Serikat.
Otoritas kesehatan dan makanan di Vietnam mengatakan, isu tentang beras plastik yang berasal dari sebuah situs dengan menyebutkan nama Vietnam setelah ditelusuri di pasar, ternyata tidak bisa dikonfirmasi.*

Elisa Elisa adalah seorang pembelajar yang kini giat menulis seputar ekonomi dan bisnis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *